vita
Sejatinya manusia itu bisa mengatur tapi tidak bisa teratur. Seperti dalam teori matematika itu ada segitiga tidak beraturan, tetapi menurut Pak Aniq andaikan tidak beraturan pun ya tetap beraturan semua, karena dia masih punya presesisi garis dan koordinat yang saling bertemu dan itu merupakan aturan juga. Sama hal dengan melihat pola keseharian teman misalnya, dia kalau malam begadang tetapi ba’da subuh tidur, pola makan sembarangan. Hal itu kalau di ukur atau dilihat dengan pola barat jadi salah semua, padahal sejatinya yang mempola hidup itu dirinya sendiri. Berarti harus pandai – pandai mengolah dirinya sendiri. Seperti halnya Pak Aniq, beliau selama tidak dipaksa tidak pernah mengkonsumsi obat saat jatuh sakit.Seperti contohnya Mules, mules itu apakah merupakan penyakit atau bukan? Ada yang mengatakan bahwa itu penyakit, tetapi menurut pemikiran Pak Aniq mules itu adalah sebuah efek, efek dari cara memulihkan stamina tubuh bisa jadi lewat cabe, merica dll, sama halnya ketika lelah dan kita meminum sesuatu, efek sampingnya tertidur dan setelah bangun kita akan merasa segar kembali. Sama saja dengan ketika kita makan cabe atau merica akan menyebabkan mules, tetapi setelah dikeluarkan, tubuh akan terasa berbeda, jadi mules tidak bisa dikatakan sebagai suatu penyakit, menurut Pak Aniq harus ditelusuri dahulu apa manfaat dari cabe, merica dan rempah – rempah yang terdapat pada bumbu dapur lainnya, dan menurut beliau dengan memakai bumbu masak yang benar – benar alami itu sudah merupakan obat. Tetapi syaratnya harus punya ilmunya, tidak hanya sekedar pengetahuan saja. Diawal pernah dijelaskan bahwa Ilmu itu ketika kita sudah benar – benar menguasai dan mendalaminya, sedangkan pengetahuan ketika kita hanya sekedar tahu saja.Kembali ke pola – pola idiom yang dipakai dimasyarakat ada konsep pasar, gotong royong, dan pendidikan. Pendidikan berasal dari kata didik atau kedik berarti sedikit sedikit, artinya tidak boros,tidak ngragas kemudian diartikan sebagai pola kemudian dijadikan sebagai pola penjagaan, pola pemeliharaan dll.Mengelola diri itu akan ada kaitannya dengan pendidikan karakter, selama ini pendidikan karakter dibatasi dengan batasan formalisme. Ki Hajar Dewantara mengartikan pengelolaan diri itu sebagai wujud kesadaran diri sebagai manusia yang benar benar manusia. Alasannya sederhana manusia sebagai titah tuhan. Manungso titahing Gusti artinya manusia sebagai jagad atau manifestasi yang berangkat dari asma – asma Tuhan.Allah adalah ruang yang tersamarkan, maka Allah ciptakan alam, dan manusia sebagai manifestasinya, sebagai titahnya. Tuhan menciptakan manusia karena Tuhan ingin dikenali. Manusia dipinjami asama- asma Tuhan, seperti Allah mempunyai sifat penyayang manusia juga dititipi sifat penyayang tetapi tidak bisa melebihi sifat yang Allah miliki. Allah memiliki sifat takabur atau sombong manusia juga dititipi tetapi tidak bisa menjangkau atau melebihi sifat yang Allah miliki, dan Allah memiliki sifat - sifat yang lainnya sama seperti sifat yang dimiliki oleh manusia akan tetapi sifat yang dimiliki Allah semuanya baik. Ilmu Allah itu menciptakan atau melahirkan realitas karena untuk didikenali Allah yang maha ilmu kemudian menciptakan realitas atau jagad. Kemudian realitas itu dipelajari manusia menjadi ilmu lagi tetapi bukan lagi Ilmu Allah,akan tetapi ilmu manusia. Seperti fisika itu berangkat dari alam, alam itu kan manifestasinya Allah begitu seterusnya. Realitas menjadi ilmu, ilmu menjadi realitas begitu seterusnya, maka itu jadilah manusia sebagai titah Tuhan. Manusia sebagi poros semesta, karena manusia sebagi poros semesta dan menghuni di Bumi maka Bumi bisa dikatan sebagai pusat semesta atau pusat tata surya. Apakah matahari mengelilingi matahari atau matahari mengelilingi bumi atau masing – masing berputar pada porosnya itu perlu digali lagi dan dipelajari lagi. Apakah benar ada teori gravitasi? Dan teori teori yang lain.(16/10)
julian indah
dhanang
aushof
farida
yuliana puspitasari
desy erviana
olich
melinda
rista karisma
riska safitri
nur faidah
dwi novita
ardian
tegar
putri
intan nurma
nidha