Jumat, 19 Oktober 2018

Manungsa Titahing Gusti



Sejatinya manusia itu bisa mengatur tapi tidak bisa teratur. Seperti dalam teori matematika itu ada segitiga tidak beraturan, tetapi menurut Pak Aniq andaikan tidak beraturan pun ya tetap beraturan semua, karena dia masih punya presesisi garis dan koordinat yang saling bertemu dan itu merupakan aturan juga. Sama hal dengan melihat pola keseharian teman misalnya, dia kalau malam begadang tetapi ba’da subuh tidur, pola makan sembarangan. Hal itu kalau di ukur atau dilihat dengan pola barat jadi salah semua, padahal sejatinya yang mempola hidup itu dirinya sendiri. Berarti harus pandai – pandai mengolah dirinya sendiri. Seperti halnya Pak Aniq, beliau selama tidak dipaksa tidak pernah mengkonsumsi obat saat jatuh sakit.Seperti contohnya Mules, mules itu apakah merupakan penyakit atau bukan? Ada yang mengatakan bahwa itu penyakit, tetapi menurut pemikiran Pak Aniq mules itu adalah sebuah efek, efek dari cara memulihkan stamina tubuh bisa jadi lewat cabe, merica dll, sama halnya ketika lelah dan kita meminum sesuatu, efek sampingnya tertidur dan setelah bangun kita akan merasa segar kembali. Sama saja dengan ketika kita makan cabe atau merica akan menyebabkan mules, tetapi setelah dikeluarkan, tubuh akan terasa berbeda, jadi mules tidak bisa dikatakan sebagai suatu penyakit, menurut Pak Aniq harus ditelusuri dahulu apa manfaat dari cabe, merica dan rempah – rempah yang terdapat pada bumbu dapur lainnya, dan menurut beliau dengan memakai bumbu masak yang benar – benar alami itu sudah merupakan obat. Tetapi syaratnya harus punya ilmunya, tidak hanya sekedar pengetahuan saja. Diawal pernah dijelaskan bahwa Ilmu itu ketika kita sudah benar – benar menguasai dan mendalaminya, sedangkan pengetahuan ketika kita hanya sekedar tahu saja.Kembali ke pola – pola idiom yang dipakai dimasyarakat ada konsep pasar, gotong royong, dan pendidikan. Pendidikan berasal dari kata  didik atau kedik berarti sedikit sedikit, artinya tidak boros,tidak ngragas kemudian  diartikan sebagai pola kemudian dijadikan sebagai pola penjagaan, pola pemeliharaan dll.Mengelola diri itu akan ada kaitannya dengan pendidikan karakter, selama ini pendidikan karakter dibatasi dengan batasan formalisme. Ki Hajar Dewantara mengartikan pengelolaan diri itu sebagai wujud kesadaran diri sebagai manusia yang benar benar manusia. Alasannya sederhana manusia sebagai titah tuhan. Manungso titahing Gusti artinya manusia sebagai jagad atau manifestasi yang berangkat dari asma – asma Tuhan.Allah adalah ruang yang tersamarkan, maka Allah ciptakan alam, dan manusia sebagai manifestasinya, sebagai titahnya. Tuhan menciptakan manusia karena Tuhan ingin dikenali. Manusia dipinjami asama- asma Tuhan, seperti Allah mempunyai sifat penyayang manusia juga dititipi sifat penyayang tetapi tidak bisa melebihi sifat yang Allah miliki. Allah memiliki sifat takabur atau sombong manusia juga dititipi tetapi tidak bisa menjangkau atau melebihi sifat yang Allah miliki, dan Allah memiliki sifat - sifat yang lainnya sama seperti sifat yang dimiliki oleh manusia akan tetapi sifat yang dimiliki Allah semuanya baik. Ilmu Allah itu menciptakan atau melahirkan realitas karena untuk didikenali Allah yang maha ilmu kemudian menciptakan realitas atau jagad. Kemudian realitas itu dipelajari manusia menjadi ilmu lagi tetapi bukan lagi Ilmu Allah,akan tetapi ilmu manusia. Seperti fisika itu berangkat dari alam, alam itu kan manifestasinya Allah begitu seterusnya. Realitas menjadi ilmu, ilmu menjadi realitas begitu seterusnya, maka itu jadilah manusia sebagai titah Tuhan. Manusia sebagi poros semesta, karena manusia sebagi poros semesta dan menghuni di Bumi maka Bumi bisa dikatan sebagai pusat semesta atau pusat tata surya. Apakah matahari mengelilingi matahari atau matahari mengelilingi bumi atau masing – masing berputar pada porosnya itu perlu digali lagi dan dipelajari lagi. Apakah benar ada teori gravitasi? Dan teori teori yang lain.(16/10) 
vita
julian indah
dhanang
aushof
farida
yuliana puspitasari
desy erviana
olich
melinda
rista karisma
riska safitri
nur faidah
dwi novita
ardian
tegar
putri
intan nurma
nidha

Kamis, 04 Oktober 2018

Ki Hajar Dewantara

KI HAJAR DEWANTARA
Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu tokoh pendidikan Indonesia yang berpengaruh di dunia, meskipun beliau bukan tokoh satu – satunya, ada Imam Syafei, Aa Nafis, Kyai Syaifudin Zuhri dan masih banyak tokoh yang dapat dipetik dari apa yang disampaikan tentang pendidikan. Suwardi Suryaningrat merupakan nama asli dari Ki Hajar Dewantara, karena pengaruh keningratan dan ingin menyumbunyikannya sehingga diganti namanya. Beliau merupakan salah satu tokoh pendidikan yang berasal dari Indonesia tetapi berpengaruh dalam pendidikan di dunia. Di Finlandia yang merupakan negara nomer satu dalam bidang pendidikan di dunia setelah ditelusuri ternyata cara berfikirnya dari filsafat Ki Hajar Dewantara. Di sana pendidikan dasar merupakan hal yang sangat penting terbukti banyak Profesor yang mengajar di PAUD dan SD.
Ki Hajar Dewantara sangatlah berpengaruh dalam dunia pendidikan, namun sayangnya di Indonesia gagasan dan pemikiran beliau tidak banyak diterapkan, karena kebanyakan menganut pemikaran – pemikiran dari tokoh – tokoh barat, seperti Jean Piaget, Vigot Sky, Skinner dll. Padahal kita seharusnya bangga memiliki tokoh hebat seperti beliau.
Dalam bukunya Ki Hajar Dewantara terdapat 8 Bab atau pokok bahasan yang meliputi, Pendidikan Nasional, politik pendidikan, pendidikan kanak – kanak, pendidikan kesenian, pendidikan keluarga, ilmu jiwa, ilmu adab, dan  bahasa . Ilmu adab berbeda dengan ilmu akhlak. Akhlak merupakan satu produk perilaku yang dibawa oleh masing – masing individu, kemudian kumpulan dari akhlak itu adalah adab, maka terbentuklah peradaban.
Pendidikan nasional itu lahir dari rasa kemerdekaan, seperti tercantum dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945. Kemerdekaan adalah memahami keterbatasan. Menurut Ehma Ainun Najib juga mengatakan hal yang sama bahwa kemerdekaan itu adalah memahami batas – batas. Ibaratnya bermain bola, pemain bola itu bebas memainkan bolanya dalam lapangan, akan tetapi tetap ada batas – batasnya. Pada hakikatnya manusia diciptakan oleh tuhan adalah makhluk yang terbatas, oleh karena itu maka cara berpikirnya pun jangan sampai memutlakkan keterbatasannya itu.
Ki Hajar Dewantara menuliskan dalam bukunya, manusia merdeka yaitu manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung pada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Kemerdekaan itu bersifat 3 hal, yang pertama berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, dan dapat mengatur diri sendiri. Manusia memang makhluk social yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, namun dalam ini dimaksudkan adalah tidak menggantungkan diri pada orang lain.

pendidikan dan pengajaran

Pendidikan dan Pengajaran Menurut Pak Aniq, sejatinya mendidik anak itu ngancani atau menemani. Menemani dan mengajari merupakan suatu ...